Minggu, 12 April 2015

Testimony: Benjolan di Payudaraku Hilang dengan ZEDACA

Bulan Oktober 2012 saya (Ibu Rosma, Padangsidempuan) merasakan di antara kedua payudara—tepatnya di atas tulang rusuk atas—terdapat benjolan kecil. Benjolan itu tidak terasa sakit, jadi saya tidak terlalu khawatir. Bahkan sempat saya pikir itu hanya masuk angin biasa, sehingga saya mengoleskan minyak gosok. Tapi, beberapa hari kemudian benjolan itu saya rasakan bertambah besar. Saya mulai khawatir, jangan-jangan ini kanker, meskipun dalam riwayat keluarga saya tidak pernah ada yang terkena penyakit mematikan itu. Untuk memastikannya, saya pun mencari informasi seputar kanker dengan membaca buku, browsing di internet, dan meminta informasi dari orang lain yang saya anggap mengerti. Saya tidak mau memeriksakannya ke dokter karena takut menerima hasilnya, lebih takut lagi kalau harus menjalani operasi atau kemoterapi. Apalagi saya masih trauma atas meninggalnya teman yang terserang kanker saat masih dalam proses kemoterapi. Itulah sebabnya saya lebih memilih mengobati sendiri. Dari berbagai informasi yang saya dapat, daun sirsak dapat mengobati kanker. Saya pun rutin minum rebusan daun sirsak, sambil terus mengoleskan minyak gosok.

Hingga bulan Januari 2013 benjolan itu telah semakin besar hingga seukuran telur ayam. Saya pun mulai merasakan sakit. Minum rebusan daun sirsak tetap saya lakukan, meskipun saya merasa belum mendapatkan khasiat apa-apa. Akhir Februari 2013 benjolan seukuran telur ayam itu semakin membengkak dan terasa sakit, rasanya seakan mau meletus. Badan saya pun semakin lemah dan kurus. Saya mulai membatasi segala jenis makanan yang kemungkinan dapat memperparah penyakit saya. Dalam kekhawatiran, saya memberanikan diri untuk mengambil foto benjolan itu, lalu saya kirimkan pada sahabat saya Ibu Sri yang tinggal di Medan untuk sekedar berbagi cerita. Mengetahui kejadian itu, Bapak Gianto, suami Ibu Sri, berusaha membantu dengan mengkonsultasikan obat yang tepat pada pakar herbal yang ada di Jakarta, yakni Bapak Rusdiyanto. Dari Bapak Rusdiyanto-lah saya mendapatkan saran untuk mengkonsumsi herbal yang khusus untuk mencegah sekaligus mengobati kanker, yakni ZEDACA. Saya pun langsung membelinya sebanyak empat botol.

Saya mulai rutin minum ZEDACA dengan dosis dua kali sehari masing-masing dua kapsul. Saya langsung merasakan pengaruhnya. Sebelumnya saya susah tidur karena benjolan di payudara selalu terasa nyeri, setelah minum ZEDACA saya dapat tidur lebih nyenyak. Reaksi lainnya yang saya alami adalah lebih sering buang air kecil. Ketika sudah menghabiskan ZEDACA dua botol (1 botol ZEDACA isi 50 kapsul) benjolan di sekitar payudara saya pecah dan keluarlah nanah kental berbentuk gumpalan, sehingga meninggalkan lubang yang cukup besar di payudara. Kejadian itu berlangsung saat saya tidur nyenyak, jadi tanpa saya sadari. Saat bangun, saya langsung membasuh lubang itu dengan air zam-zam dan menutupnya dengan kapas. Saya merasakan benjolan itu mulai mengempis.

Bulan April 2013 saat menghabiskan ZEDACA empat botol, benjolan di payudara semakin kecil. Setelah menghabiskan lima botol ZEDACA benjolan itu sudah benar-benar hilang, hanya menyisakan bekas lubang yang juga perlahan mulai menutup dengan sendirinya. Saat ZEDACA botol keenam saya habiskan, lubang di payudara saya benar-benar menutup total. Saya merasa seakan tidak pernah mengalami penyakit yang mengerikan itu. Kini, untuk pemeliharaan dan pencegahan agar kanker itu tidak berulang, saya tetap mengkonsumsi ZEDACA dengan dosis dua kali sehari masing-masing satu kapsul. Saya semakin percaya ZEDACA adalah herbal yang berkhasiat dan dapat membantu banyak orang. Saya juga yakin bahwa semua ini atas izin dan pertolongan Allah SWT. Terima kasih ya Allah telah memberikan kesembuhan pada saya. (HRM)

 

Testimoni: Alhamdulillah, Borok di Wajah Sembuh Tanpa Operasi

Sekitar dua tahun yang lalu, Ibu Asnani terkena luka di jempol kakinya. Beliau merasa heran, kian hari luka itu kian membesar, sehingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Setelah diperiksa oleh adiknya yang bernama Ibu Sarliati (seorang perawat di Puskesmas Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Utara), diketahui bahwa Ibu Asnani terindikasi mengidap penyakit diabetes. Sebagai perawat, Ibu Sarliati yang lebih mengerti masalah medis memberikan pengobatan sekaligus perawatan pada luka di jempol kaki Ibu Asnani. Setiap hari Ibu Sarliati memberikan kapsul SHAD NIGELLA PLUS yang dikombinasi dengan SHAD ENDIABETkepada Ibu Asnani untuk diminum. Sebagai bantuan pengobatan dari luar tubuh, Ibu Sarliati juga membuka kapsul SHAD NIGELLA PLUS, lalu menaburkan bubuknya ke bagian jempol kaki Ibu Asnani. Alhamdulillah hanya dalam hitungan minggu, luka di jempol yang tadinya menganga telah menutup kembali.

Sejak peristiwa itu Ibu Asnani lebih berhati-hati menjaga pola makan. Beliau melakukan diet, terutama untuk makanan yang membahayakan bagi penderita diabetes. Ibu Asnani pun selalu berhati-hati dalam berbagai aktivitas untuk mengurangi risiko terluka. Tapi kenyataan berbicara lain. Pada bulan Ramadhan 1433 H tepatnya tahun 2012 yang lalu, saat bercengkerama sambil menggendong cucu kesayangannya, tanpa sengaja pipi kiri beliau tercakar oleh cucunya. Peristiwa ini membuat goresan luka. Dalam waktu yang sangat singkat luka tersebut berubah menjadi luka besar yang menganga, bernanah, dan disertai pembengkakan yang luar biasa. Akibat luka yang semakin membesar, pembengkakan yang mengandung nanah disertai rasa sakit yang tak tertahankan, Ibu Asnani tidak dapat beraktivitas lagi. Beliau hanya terbaring di tempat tidur, karena bengkak di wajahnya hampir menutup bagian mata sehingga beliau kesulitan melihat. Beliau pun kesulitan berbicara dan makan, bahkan sempat mengalami koma.

Melihat perkembangan tersebut, Ibu Sarliati dan keluarga yang lain memutuskan untuk segera merawat Ibu Asnani di rumah sakit. Saat diperiksa oleh dokter, kadar gula darah Ibu Asnani sangat tinggi hingga melebihi 400 mg/dl (kadar gula darah normal kurang dari 140 mg/dl). Dengan kondisi luka yang semakin memprihatinkan, dokter pun menyarankan agar luka di wajah Ibu Asnani segera dioperasi. Menurut dokter, itulah cara tercepat dan paling memungkinkan untuk menolong Ibu Asnani. Keluarga menyetujuinya. Masalah pun muncul, karena tekanan darah Ibu Asnani tidak stabil, proses operasi selalu tertunda. Dokter mengatakan sangat besar risikonya bila pasien dioperasi saat tekanan darahnya tinggi. Alhasil, operasi tertunda hingga tiga minggu. Dokter hanya memberikan obat-obatan biasa disertai suntikan insulin.

Selama proses perawatan di rumah sakit, tanpa sepengetahuan dokter Ibu Sarliati meminumkan SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD ENDIABETkepada Ibu Asnani dua jam sebelum mengkonsumsi obat kimia yang diberikan dokter. Hasilnya, setiap melakukan pemeriksaan dokter memberikan informasi positif bahwa terlihat perkembangan yang baik pada jaringan luka di pipi Ibu Asnani. Jaringan di luka tumbuh dengan baik sehingga kian hari mengalami perbaikan. Melihat perkembangan yang positif ini, diserta alasan tidak pastinya waktu operasi, keluarga meminta izin kepada dokter untuk membawa pulang Ibu Asnani dan merawatnya sendiri di rumah.

Sebagai perawat Ibu Sarliati kembali merawat kakaknya Ibu Asnani dengan meminumkan SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD ENDIABETsecara rutin dua kali sehari masing-masing tiga kapsul. Sedangkan untuk pengobatan luka dari luar, Ibu Sarliati membubuhkan bubuk SHAD NIGELLA PLUS ke seluruh luka yang menganga. Obat suntik insulin pun tak pernah beliau gunakan. Alhamdulillah, dari hari ke hari terus terjadi perkembangan yang menggembirakan. Luka yang lebih sering disebut borok di wajah itu terus mengering. Pembengkakan pun terus berkurang. Bentuk mata yang hampir tidak terlihat berangsur terlihat jelas. Subhanallah, sebulan kemudian semua luka tersebut menutup seratus persen. Kini, sudah tidak ada luka di wajah Ibu Asnani. Bahkan, bekas luka pun nyaris tidak terlihat. Dengan kondisi yang telah pulih, pada bulan Maret 2013 ini Ibu Asnani telah menunaikan ibadah umrah ke tanah suci bersama Ibu Sarliati. Semoga beliau selalu sehat dan ibadah umrahnya diterima Allah SWT. Amin. (HRM)

 

Herbal AHAD-NET Membantu Kami Memiliki Buah Hati

Anak merupakan belahan jiwa, buah kasih sayang pasangan suami-istri. Bila dalam penantian yang panjang si buah hati yang didambakan tak kunjung hadir, sering kali pasangan suami-istri merasa resah, gelisah, bahkan hampa. Perasaan itu pula yang berkecamuk di dalam hati saya, Ibu Rani Wijaya (26 tahun, tinggal di Sungai Piring, Asahan, Sumatera Utara).

Saya dan suami, Bapak Pramayogi,  termasuk pasangan suami-istri yang subur, sehingga sejak menikah bulan Mei 2010 yang lalu, sudah tiga kali hamil. Namun setiap kali hamil, janin yang saya kandung hanya bertahan beberapa minggu saja, karena selalu keluar flek atau terjadi pendarahan sehingga mengalami keguguran. Setiap kali itu pula saya harus dikuret dan terpaksa bedrest dalam kurun waktu agak lama. Beberapa dokter tempat saya berkonsultasi memiliki jawaban yang hampir sama, yakni rahim saya tidak kuat atau janin yang dikandung tidak berkembang secara sempurna.

Dilandasi keinginan yang kuat untuk memiliki buah hati, berbagai usaha pengobatan pun saya lakukan. Mulai dari pengobatan dokter secara modern di rumah sakit, menggunakan jamu tradisional, hingga pengobatan ala China telah saya jalani. Harapan saya hanya satu, yakni saat hamil kembali, janin kuat bertahan, berkembang dengan baik, sehingga kelak lahirlah anak yang lucu. Namun hingga tahun keempat pernikahan saya, hasilnya masih tetap sama, mengalami keguguran. Meskipun kecewa, saya dan suami tercinta selalu berdoa dan optimis bahwa suatu saat Allah akan mengamanahkan buah hati yang kami dambakan.

Pada bulan April 2014 yang lalu, Allah mempertemukan saya dengan Ibu Aris Kurniati, seorang mitraniaga AHAD-NET yang sudah terbiasa membantu banyak orang dengan herbal dari AHAD-NET. Setelah menceritakan masalah dan keinginan saya, Ibu Aris Kurniati menyarankan agar saya mengkonsumsi SHAD LIN NISA dikombinasikan dengan SHAD NIGELLA PLUS, sedangkan untuk suami menkonsumsi SHAD LIR RIJAL dikombinasikan dengan SHAD NIGELLA PLUSl. Karena berbagai pengobatan sebelumnya tidak membuahkan hasil, awalnya saya meragukan saran dari Ibu Aris Kurniati, jangan-jangan hasilnya setali tiga uang dengan pengobatan lainnya, begitu saya membatin. Ibu Aris Kurniati menangkap keraguan itu, sehingga beliau menyarankan agar saya tetap mencoba sambil berdoa, dengan alasan kalaupun tidak berhasil hamil dengan baik, minimal herbal itu dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kami.

Kami pun menjalani anjuran Ibu Aris Kurniati. Setiap hari saya dan suami mengkonsumsi SHAD LIN NISA dan SHAD NIGELLA PLUS dua kali sehari masing-masing dua kapsul. Sedangkan suami saya mengkonsumsi SHAD LIR RIJAL dan SHAD NIGELLA PLUS dengan dosis yang sama. Setelah rutin mengkonsumsi selama satu bulan, tepatnya bulan Mei 2014 saya dinyatakan oleh dokter positif hamil. Jadi kehamilan kali ini adalah kehamilan yang keempat. Kami sangat bahagia, meskipun masih harap-harap cemas, takut keguguran lagi.

Kekhawatiran itu semakin menjadi, ketika pada minggu ke sembilan kehamilan ternyata keluar flek sedikit. Dengan penuh rasa cemas kami pun memeriksakan diri ke dokter. Vonis dokter seakan membuat harapan kami kandas, karena dokter lagi-lagi menyatakan janin di rahim saya tidak berkembang dan harus dikuret. Dalam kekhawatiran saya memberi tahu Ibu Aris Kurniati. Beliau menenangkan saya, menyarankan banyak berdoa dan berpikir positif bahwa janin saya baik-baik saja. Saya disarankan segera mengkonsumsi produk AHAD-NET lainnya, yakni MANNA Sari Kurma Plus Ginseng. Alhamdulillah, lantaran mengkonsumsi MANNA Sari Kurma Plus Ginseng flek tidak lama kemudian berhenti hari itu juga.

Untuk meyakinkan hati, saya dan suami mencoba untuk memeriksakan kehamilan ke dokter lain yang berada di kota Medan. Barangkali dengan peralatan yang lebih canggih hasilnya lebih akurat, begitu pikir saya. Saya dan suami berangkat dari Asahan ke Medan, selama perjalanan setiap jam saya mengkonsumsi MANNA Sari Kurma Plus Ginseng satu sendok makan. Kami sangat bersyukur setelah memeriksakan diri, dokter di Medan menyatakan kandungan saya baik-baik saja, rahim saya cukup kuat, dan janin pun berkembang dengan baik. Kini, kehamilan saya sudah hampir memasuki usia sembilan bulan, insya Allah bila sesuai perkiraan dokter, pada awal Februari 2015 akan lahir anak laki-laki, anak pertama kami. (HRM).



Alhamdulillah, Allah Menyembuhkanku dari Kelumpuhan

”Untuk tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.” Peribahasa itulah mungkin yang tepat menggambarkan kondisiku (Rina Ernawati, 39 tahun, di Yogyakarta) saat mengalami kecelakaan sekitar tahun 1999. Bagaimana tidak, gara-gara kecelakaan itu rencana pernikahanku yang sudah ditentukan harus tertunda. Ditambah lagi, saking hebatnya dampak kecelakaan itu, beberapa saraf di tubuhku mengalami gangguan, hingga akhirnya setengah badanku mengalami kelumpuhan. Alhamdulillah setelah selama sebulan diopname di sebuah rumah sakit, kesehatanku pulih. Aku pun dapat beraktivitas seperti biasa, dan mewujudkan rencana pernikahan. Tak lama berselang, dari hasil pernikahan kami, aku dikaruniai seorang anak.

Tanpa terasa empat tahun telah berlalu, dan anakku pun telah bersekolah di sebuah TK. Meskipun di tengah kesibukanku sebagai seorang PNS di bidang kesehatan, aku berupaya menyempatkan diri mengantar anak sekolah, hingga ujian hidup kembali menerpaku sekitar tahun 2003. Mungkin karena aktivitasku yang padat ditambah begitu intensnya aku menggunakan sepeda motor, saraf-saraf di tubuhku terasa mulai sakit. Puncaknya sangat memukul batinku, karena tubuhku kembali lumpuh setengah. Dokter yang mendiagnosa menyatakan saraf tulang belakangku rusak parah dan kemungkinan besar aku akan mengalami kelumpuhan permanen. Dokter menyarankan agar aku segera dioperasi, meskipun kemungkinan pulihnya tinggal 50%.

Melihat peluang pulihnya hanya 50%, ditambah kekhawatiranku akan rusaknya saraf-saraf yang lain ditubuhku, aku menolak untuk operasi. Aku tetap memilih menjalani pengobatan biasa. Selain lumpuh, aku merasakan sakit yang luar biasa ditubuhku. Bahkan, untuk mengatasi rasa sakit yang luar biasa itu dokter sampai menyuruhku untuk menggunakan morfin. Aku menolak menggunakannya, meskipun dokter berusaha meyakinkan bahwa pemakaian morfin untuk pengobatan diperbolehkan. Aku tetap menolaknya dan lebih memilih berbagai pengobatan lain. Berbagai pengobatan sudah aku upayakan. Semua rumah sakit besar baik milik pemerintah maupun swasta di Yogyakarta sudah aku datangi. Berbagai pengobatan alternatif hingga fisioterapi sudah aku jalani. Tapi, tubuhku tetap lumpuh, rasa sakitnya tak juga berlalu. Aku hanya bisa berbaring. Sampai titik itu, rasanya aku sudah putus asa, tak percaya lagi pada berbagai obat, mau obat kimia, obat tradisional, maupun berbagai macam terapi.

Aku bersyukur punya suami yang sangat menyayangiku. Dia selalu memberikan semangat kepadaku. Bahkan dia tidak pernah putus asa untuk terus mencari obat yang baru buatku. Hingga suatu saat, suamiku membawa obat herbal bernama SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD HILBA PLUS untukku. Karena sudah jemu dan tidak percaya lagi dengan obat-obatan, aku tidak terlalu berharap banyak. Meskipun demikian, untuk menunjukkan rasa hormat pada suami, aku berusaha minum dengan rutin SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD HILBA PLUS yang dia berikan. Aku pun tidak terlalu memperhatikan berapa lama kebiasaanku mengkonsumsi SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD HILBA PLUS berlangsung. Yang aku ingat, hingga suatu malam aku mulai dapat menggerakkan jari-jariku secara perlahan. Sejak itu, semangatku tumbuh kembali. Aku pun  melanjutkan minum SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD HILBA PLUS dengan rutin.

Dalam waktu tidak terlalu lama—persisnya aku lupa—seluruh tangan dan tubuhku mulai dapat digerakkan. Secara bertahap aku mulai dapat berjalan, meskipun salah satu kaki masih harus diseret. Aku pun tetap terus rutin mengkonsumsi SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD HILBA PLUS. Setelah mengalami proses beberapa waktu lamanya, sekitar akhir tahun 2006 aku berangsur pulih seperti sedia kala. Sakit yang tak terkira saat BAB yang kurasakan sewaktu masih setengah lumpuh, alhamdulillah sudah tak pernah kurasakan lagi. Kini, aku telah beraktivitas seperti biasa, menjaga anak dan suami, menjalankan tugas mulia sebagai PNS di bidang kesehatan, dan melanjutkan bisnis. Terima kasih ya Allah telah menyembuhkanku dengan washilah SHAD NIGELLA PLUS dan SHAD HILBA PLUS. (HRM)



Dengan SHAD ASRATIK, dalam Waktu Singkat Nyeri Hilang dan Kadar Asam Urat Normal



Pada bulan April 2014 yang lalu, saya (Ibu Darmawati, Pondok Aren, Banten) merasakan persendian di tangan dan kaki sangat ngilu dan terasa panas. Bahkan, pada sendi kaki, terutama di bagian jempol, mulai terasa kaku. Rasa sakit itu semakin terasa saat malam hari dan bangun tidur di pagi hari. Kondisi ini benar-benar membuat tidak nyaman dan menghambat aktivitas saya yang padat.

Saya tidak pernah berpikir bahwa ini radang asam urat, mengingat usia saya relatif masih muda (di bawah empat puluh tahun) dan saya termasuk wanita yang aktif dalam berbagai kegiatan. Karena rasa ngilu, nyeri, panas di bagian sendi sudah tidak tertahankan, maka saya mencoba untuk memeriksakan kadar asam urat ke dokter. Saat melihat hasilnya, saya kaget bercampur khawatir, ternyata kadar asam urat saya mencapai 7,8 mg/dl. Padahal, kadar asam urat normal untuk wanita berkisar 2,6 – 6 mg/dl. Seketika itulah saya menyadari, bahwa radang asam urat dapat menyerang seseorang tanpa kenal usia dan kondisi aktivitasnya. Bila pola makan tidak terjaga, siapa pun dapat terserang radang asam urat.

Untuk beberapa saat saya merasa cemas, karena khawatir dampak dan komplikasi akibat kelebihan kadar asam urat sangat membahayakan. Untuk menghindari dampak negatif yang lebih jauh, saya segera mengkonsumsi kapsul herbal SHAD ASRATIK dengan dosis dua kali sehari pagi dan sore masing-masing dua kapsul sebelum makan. Di saat yang sama, saya juga memperbanyak minum air putih dan mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung purin sebagai pemicu asam urat. Alhamdulillah, secara berangsur rasa ngilu, nyeri, panas, dan kaku di persendian saya berkurang, kemudian hilang.

Setelah mengkonsumsi secara rutin SHAD ASRATIK selama satu minggu, saya kembali memeriksakan kadar asam urat dalam tubuh. Seketika itu kekhawatiran saya hilang, karena kadar asam urat saya telah kembali normal yakni 5,1 mg/dl. Saya menjadi semakin yakin bahwa SHAD ASRATIK terbuat dari bahan-bahan herbal yang secara spesifik dapat mengatasi radang asam urat dan rematik. Dengan adanya SHAD ASRATIK saya tetap dapat mengkonsumsi berbagai makanan kesukaan saya seperti tahu, tempe, kacang, dan lain-lain, tapi dalam jumlah yang tidak berlebihan. Bukankah agama kita mengajarkan bahwa semua yang berlebihan itu tidak baik? Terima kasih ya Allah telah menyembuhkan saya dari radang asam urat, sehingga dapat beraktivitas dengan lancar seperti semula. Terima kasih juga kepada AHAD-NET yang telah menyediakan produk SHAD ASRATIK. (HRM)



Testimoni: Maag Kronis Saya Sembuh dengan SHAD HILBA PLUS


Sekitar tahun 2000-an saya (Ibu Mahwani, 50 tahun, tinggal di Kampung Baru V, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan) terkena penyakit mata ikan di telapak kaki. Saat itu, mata ikannya kecil sehingga saya merasa tidak terganggu sama sekali. Tapi, seiring berjalannya waktu, mata ikan itu semakin membesar dan terasa menganggu, akibat sering terasa nyeri seakan ada yang menusuk-nusukkan jarum di telapak kaki saya. Saya pun mulai sering mengorek, hingga berusaha mencongkel sendiri mata ikan itu. Akibatnya, ada luka kecil di telapak kaki. Karena luka itu tak kunjung sembuh, bahkan cenderung membesar, saya pun memeriksakan diri ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan dokter, luka di telapak kaki saya lambat sembuh dikarenakan saya memiliki penyakit gula (kencing manis). Saya kaget, sekaligus cemas. Sejak itu, saya membatasi makan, terutama yang berisiko meningkatkan kadar gula darah. Karena teratur menjaga pola makan dan melakukan pengobatan, alhamdulillah gula darah normal dan mata ikan pun telah sembuh.
 
Bulan April 2010, tiba-tiba saya merasakan mual yang luar biasa dan lambung seakan diaduk-aduk. Saya pun terus-terusan muntah. Saking seringnya, muntahan saya hanya berupa cairan bening. Ditambah pusing-pusing, maka saya merasakan semakin lengkap ujian ini. Saat dibawa ke rumah sakit, saya mendapat vonis dari dokter menderita sakit maag kronis, karena lambung saya sudah mengalami luka yang parah. Saya pun dirawat selama empat hari. 
Sejak saat itu, saya menjadi sering keluar-masuk rumah sakit untuk menjalani rawat inap. Setiap kali rawat inap, saya harus menginap di rumah sakit empat sampai lima hari. Seingat saya, sejak tahun 2010 sudah sekitar lima kali saya dirawat inap di rumah sakit dengan penyakit yang sama, maag kronis. Saya menduga hal ini terjadi akibat saya menjaga makanan yang terlalu ketat.
 
Melihat saya sering mengeluhkan nyeri lambung, dan seringnya saya dirawat di rumah sakit, anak saya Fathony merasa iba. Sebagai anak bungsu yang berbakti kepada orang tua, Fathony berusaha mencari informasi herbal yang cocok untuk menyembuhkan maag kronis. Setelah mendapatkan informasi dari temannya tentang SHAD HILBA PLUS sekitar tahun 2011, Fathony pun membelikan saya herbal SHAD HILBA PLUS untuk dikonsumsi. Saya pun mulai rutin mengkonsumsinya. Di saat nyeri lambung saya sedang sakit tak tertahankan, saya mengkonsumsi SHAD HILBA PLUS dua kali sehari pagi dan sore masing-masing 3-4 kapsul. Biasanya, setelah minum SHAD HILBA PLUS, beberapa saat kemudian nyeri lambung, kembung, dan mual saya segera hilang. Saat lambung saya sedang normal, saya pun tetap mengkonsumsi SHAD HILBA PLUS dengan dosis perawatan yakni dua kali sehari masing-masing dua kapsul.
 
Sejak mengkonsumsi SHAD HILBA PLUS secara rutin, saya merasakan perubahan. Nyeri lambung dan mual sudah sangat jarang terjadi. Kalau pun mulai ada gejala nyeri lambung, dengan segera minum SHAD HILBA PLUS semua langsung teratasi. Bahkan, sejak bulan Syawal 1434 H yang lalu hingga sekarang, alhamdulillah saya telah terbebas dari nyeri lambung sama sekali. Meskipun demikian, saya tetap akan mengkonsumsi SHAD HILBA PLUS secara teratur, karena saya yakin herbal ini tidak menimbulkan efek samping apapun walaupun dikonsumsi dalam jangka panjang.
 
Alhamdulillah, semoga Ibu Mahwani selalu terbebas dari nyeri lambung dan selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT sepanjang waktu, sehingga dapat menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus pendamping suami yang biasa berdakwah dalam berbagai pengajian. Amin. (HRM). 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar